7 Rasio Profitabilitas Yang Penting Untuk Analisa Saham

Rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan oleh investor untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pendapatan dalam kaitannya dengan pendapatan, biaya operasi, aset neraca, dan ekuitas pemegang saham selama periode waktu tertentu.

Rasio ini memberi tahu investor seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan keuntungan dan nilai bagi pemegang sahamnya.

Rasio yang lebih tinggi lebih disukai karena biasanya berarti bisnis berkinerja baik dengan menghasilkan keuntungan, dan arus kas.

Rasio profitabilitas membantu dalam membandingkan perusahaan serupa dari sektor yang sama.

7 Rasio Profitabilitas yang paling sering digunakan untuk analisa saham:

1. Pengembalian Ekuitas ( Return on Equity):

Rasio ini adalah persentase laba bersih terhadap ekuitas pemegang saham atau dapat dinyatakan sebagai tingkat pengembalian uang yang telah dimasukkan investor ekuitas ke dalam bisnis perusahaan.

Rasio ROE adalah rasio yang paling banyak dilihat oleh investor karena ROE yang tinggi menunjukkan alasan untuk membeli saham perusahaan. Karena perusahaan dengan ROE tinggi lebih mampu menghasilkan kas secara internal, dan oleh karena itu kurang bergantung pada pembiayaan utang.

Rumus ROE adalah Laba Setelah Pajak ÷ Kekayaan Bersih

Dimana, Kekayaan Bersih = Modal Saham, dan Cadangan dan Surplus

2. Dividen Per Saham (Dividend Per Share):

Rasio profitabilitas ini menunjukkan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang sahamnya oleh perusahaan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki surplus kas.

Rumus untuk menghitung dividen per saham adalah Jumlah yang Dibagikan kepada Pemegang Saham ÷ Jumlah Saham yang beredar.



3. Rasio Pendapatan Harga ( Price Earnings Ratio):

Investor menggunakan rasio profitabilitas ini untuk memeriksa undervalued serta harga saham perusahaan yang dinilai terlalu tinggi.

Rasio ini juga menunjukkan ekspektasi terhadap pendapatan perusahaan dan juga jangka waktu pengembalian modal kepada investor.

Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio adalah Harga Pasar Saham ÷ Laba per saham.

Bagi investor yang ingin membeli perusahaan yang sehat secara finansial yang memberikan pengembalian investasi yang baik, P/E adalah bagian dari proses penelitian untuk memilih saham karena mereka dapat mengetahui apakah mereka membayar harga yang wajar.

Seseorang dapat dengan mudah menggunakan rasio ini ketika mereka mencoba menilai perusahaan menggunakan pendapatan. Ketika mereka menemukan P/E tinggi atau rendah, mereka dapat dengan mudah menilai jenis saham atau perusahaan apa yang mereka hadapi.

Perusahaan-perusahaan dengan Price Earning Ratios yang tinggi dianggap sebagai growth stock karena menunjukkan kinerja masa depan yang positif.

4. Pengembalian Modal yang Digunakan:

Rasio profitabilitas ini menunjukkan pengembalian perusahaan atas dana yang diinvestasikan dalam bisnis oleh pemilik.

Rasio Return on Capital Employed yang tinggi menunjukkan perusahaan lebih bbaik karena menunjukkan bahwa lebih banyak keuntungan yang dihasilkan per rupiah dari modal yang digunakan.

Rumus untuk menghitung ROCE adalah: Laba Operasi Bersih ÷ Modal yang Digunakan × 100

Capital Employed = Equity share capital, Reserve and Surplus, Debentures and long-term Loans or Capital Employed = Total Assets – Current Liability

Seperti rasio keuangan lainnya, menghitung ROCE saja tidak cukup. Rasio profitabilitas lainnya seperti pengembalian aset, pengembalian modal yang diinvestasikan, dan pengembalian ekuitas harus digunakan dengan ROCE untuk menentukan apakah suatu perusahaan kemungkinan merupakan investasi yang baik atau tidak.

5. Pengembalian Aset (Return on Assets):

Return on assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan persentase laba bersih dalam kaitannya dengan total aset perusahaan.

Rasio ROA menunjukkan berapa banyak laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan untuk setiap aset yang dimilikinya dan juga mengukur intensitas aset bisnis.

Ketika perusahaan memiliki laba per rupiah aset yang lebih rendah, maka perusahaan tersebut dianggap lebih padat aset. 

Perusahaan yang sangat padat aset membutuhkan investasi besar untuk membeli mesin dan peralatan untuk menghasilkan pendapatan.

6. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin):

Margin laba bersih adalah rasio profitabilitas yang melihat laba bersih perusahaan dan kemudian membaginya dengan total pendapatan. Ini menunjukkan seberapa menguntungkan perusahaan setelah pengeluarannya termasuk bunga dan pajak.

Investor harus melihat margin laba bersih sebagai rasio profitabilitas karen memperhitungkan semuanya. Kelemahan utama dari rasio ini adalah bahwa rasio ini mencakup banyak "kebisingan" seperti pengeluaran dan keuntungan satu kali, yang mempersulit membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaingnya.

7. Margin Laba Operasi:

Margin laba operasi adalah rasio profitabilitas yang melihat pendapatan sebagai persentase penjualan sebelum dikurangi beban bunga dan pajak penghasilan.

Perusahaan yang memiliki margin laba operasi yang lebih tinggi lebih siap untuk membayar biaya tetap dan bunga atas kewajiban, sehingga mereka memiliki peluang lebih baik untuk bertahan dari perlambatan ekonomi.

Margin laba operasi terutama digunakan untuk menganalisis kekuatan manajemen perusahaan karena manajemen yang baik dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan mengelola biaya operasinya.

Intinya:

Seperti yang telah kita bahas di atas, profitabilitas menunjukkan kinerja akhir perusahaan, yaitu berapa banyak laba yang diperoleh perusahaan. Ini juga menunjukkan seberapa menguntungkan dana pemilik telah digunakan di perusahaan.

Selamat Berinvestasi!


Tags :-

Post a Comment

0 Comments
close
Banner iklan disini